Widget HTML #1

Nahdlatul Ulama, 97 Tahun Menjaga Tradisi Islam di Bumi Nusantara

Harlah NU 2020, 97 Tahun Menjaga Tradisi Islam di Bumi Nusantara

Infomoga.com -- Menurut penanggalan hijriah, malam ini 16 Rajab 1441 H, Nahdlatul Ulama (NU) tepat berusia 97 Tahun. Berdasarkan sejarah, NU didirikan pada hari Ahad Pon, 31 Januari 1926 M. yang bertepatan dengan 16 Rajab 1344 H.

Ada banyak faktor yang melatar belakangi berdirinya NU. Di antara faktor itu adalah perkembangan dan pembaharuan pemikiran Islam yang menghendaki pelarangan segala bentuk amaliah kaum Sunni.

Sebuah pemikiran agar umat Islam kembali pada ajaran Islam "murni", yaitu dengan cara umat islam melepaskan diri dari sistem bermadzhab.

Baca juga: Mbah Nur Walangsanga, Kiai Zuhud Nan Sederhana

Bagi para kiai pesantren, pembaruan pemikiran keagamaan sejatinya tetap merupakan suatu keniscayaan, namun tetap tidak dengan meninggalkan tradisi keilmuan para ulama terdahulu yang masih relevan.

Maka berkumpullah sejumlah kiai dari Jawa Timur, Madura, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, yang menggelar pertemuan di kediaman K.H. Wahab Chasbullah di Surabaya, Jawa Timur.

Selain K.H. Wahab Chasbullah, pertemuan para kiai itu juga merupakan prakarsa dari K.H. Hasyim Asy’ari. Yang dibahas pada waktu itu adalah upaya agar Islam tradisional di Indonesia dapat dipertahankan.

Maka, dirasa perlu dibentuk sebuah wadah khusus. Untuk itu, Jam'iyah Nahdlatul Ulama cukup mendesak untuk segera didirikan.

Sebenarnya, upaya menjaga tradisi ulama nusantara sudah dirintis Kiai Wahab jauh sebelumnya. Bersama K.H. Mas Mansur, seperti ditulis Ahmad Zahro dalam buku Tradisi Intelektual NU: Lajnah Bahtsul Masail 1926-1999 (2004), Kiai Wahab mendirikan Nahdlatul Wathan yang artinya “kebangkitan tanah air” pada 1914 seperti dilansir Tirto.id.

Harlah NU 2020, 97 Tahun Menjaga Tradisi Islam di Bumi Nusantara
Madrasah Nahdlatul Wathan (Credit foto @syukron_dosi)
Martin van Brulnessen dalam buku berjudul NU: Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru (1994) menyebut bahwa, boleh dibilang, Nahdlatul Wathan merupakan sebuah lembaga pendidikan agama bercorak nasionalis moderat pertama di Nusantara.

Nahdlatul Wathan berkembang pesat dan pada 1916 sudah memiliki madrasah dengan gedung besar serta bertingkat di Surabaya. Cabang-cabangnya pun berdiri di mana-mana, termasuk di Malang, Semarang, Gresik, Jombang, dan lain-lain.

Terlahir Untuk Menjaga Tradisi Islam Nusantara 


Kiai Wahab dan para kiai Islam-tradisional lainnya merasa sangat perlu membentengi Islam Nusantara karena beberapa tata cara ibadah keagamaan mereka kerap ditentang golongan Islam-reformis yang digawangi misalnya oleh Al-Irsyad dan Muhammadiyah, pada dekade ketiga abad ke-20 itu.

Pada awal 1926, rapat antar-organisasi Islam di Cianjur menyatakan akan mengirim dua utusan ke Mekah untuk menghadap Raja Ibn Sa’ud. Kiai Wahab mengusulkan delegasi tersebut membawa persoalan mengenai praktik keagamaan Islam tradisional di Indonesia.

Namun, usul ini ditolak dengan tegas oleh kelompok Islam-reformis. Penolakan itulah yang kemudian membuat golongan Islam-tradisional memutuskan bakal mengambil jalan sendiri untuk menghadap Raja Ibn Sa’ud guna memperjuangkan kepentingan mereka.

Maka, pada 31 Januari 1926 atau bertepatan dengan 16 Rajab 1344 H, dikutip dari K.H. Abdul Wahab Hasbullah: Bapak dan Pendiri NU (1972) karya Saifuddin Zuhri, para kiai berkumpul di kediaman Kiai Wahab dan memutuskan membentuk suatu organisasi kemasyarakatan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah yang dinamakan Nahdlatul Ulama atau “kebangkitan para ulama”. Tanggal 31 Januari 1926 ditetapkan sebagai hari lahir NU.

Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasjim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah.

Baca juga: KH Minhajul Abidin, Ulama Kharismatik

Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

muktamar-nu--wikicommon
Muktamar NU 1956 
NU bergerak di bidang keagamaan dan kemasyarakatan serta dibentuk dengan tujuan untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam, baik dalam konteks komunikasi vertikal dengan Allah SWT maupun komunikasi horizontal dengan sesama manusia.

Dalam perjalanan , NU berkembang pesat dan amat terjaga secara tradisional. Kini, NU menjadi organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia, hidup berdampingan dengan wakil kelompok Islam-reformis yang dulu berpolemik, Muhammadiyah.

Post a Comment for "Nahdlatul Ulama, 97 Tahun Menjaga Tradisi Islam di Bumi Nusantara"