Bireng, Kue Jadul yang Tak Kalah Mentereng
Infomoga.com -- Pernah dengar nama Bireng lurr? Sebagai orang Pemalang Bagian Selatan khususnya Moga & Sekitarnya nama Bireng ini tidaklah asing. Kue Bireng berasal dari paduan kata Serabi Digoreng.
Koq Serabi digoreng sih, gimana ceritanya?
Yups, Kue Bireng berasal dari kue Serabi yang diiris tipis berbentuk lembaran yang kemudian dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari lalu digoreng.
Cara sederhana ini merupakan diversifikasi produk pangan yang dilakukan para orang tua kita agar sebuah produk menjadi bertambah nilainya.
Awal Mula
Konon dahulu banyak penjual Serabi di wilayah Moga yang kebingungan saat dagangan kue Serabi yang mereka jajakan tidak terjual semua.
Banyak dari penjual Serabi hanya membuangnya atau untuk makan ternak peliharaan mereka. Serabi yang tersisa akan membusuk dengan cepat karena terbuat dari campuran santan kelapa.
Singkat cerita, ada orang yang memanfaatkan kue Serabi yang tak habis terjual diiris-iris tipis, kemudian dijemur hingga kering. Setelah kering, irisan Serabi tersebut kemudian digoreng dan ternyata rasanya enak.
Selain itu, irisan kue Serabi yang telah kering tersebut juga bisa disimpan hingga berbulan-bulan lamanya.
Baca juga: Noga Jahe, Pedes Manis Laka Tunggale
Sejak saat itu, tidak ada sisa kue Serabi yang dibuang melainkan diolah menjadi camilan gurih nan renyah bernama Bireng alias Serabi digoreng.
Lambat laun permintaan Bireng semakin tinggi. apalagi pada musim hajatan maupun momen Hari Raya seperti Lebaran.
Para penjual Bireng harus berpikir keras untuk mendapatkan bahan baku yang stoknya selalu kurang untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. Apalagi lambat laun penjual Kue Srabi semakin sedikit .
Sebagai solusi, dibuatlah bireng buatan. Prinsipnya sama dibuat dari adonan Srabi, bedanya dibikin langsung menjadi bahan Bireng kemudian dikeringkan dan digoreng.
Bireng buatan dihasilkan oleh industri makanan yang memang ingin menghasilkan bireng dalam partai besar.
Tampilan Bireng buatan bentuknya lebih lebar dan seragam. Rasanya juga lebih renyah dari Bireng Srabi asli.
Namun, soal rasa ada sedikit berbeda, karena Bireng Serabi asli ada semi gosongnya sehingga menciptakan kenikmatan tersendiri.
Sejak saat itu, tidak ada sisa kue Serabi yang dibuang melainkan diolah menjadi camilan gurih nan renyah bernama Bireng alias Serabi digoreng.
Lambat laun permintaan Bireng semakin tinggi. apalagi pada musim hajatan maupun momen Hari Raya seperti Lebaran.
Para penjual Bireng harus berpikir keras untuk mendapatkan bahan baku yang stoknya selalu kurang untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. Apalagi lambat laun penjual Kue Srabi semakin sedikit .
Sebagai solusi, dibuatlah bireng buatan. Prinsipnya sama dibuat dari adonan Srabi, bedanya dibikin langsung menjadi bahan Bireng kemudian dikeringkan dan digoreng.
Bireng buatan dihasilkan oleh industri makanan yang memang ingin menghasilkan bireng dalam partai besar.
Tampilan Bireng buatan bentuknya lebih lebar dan seragam. Rasanya juga lebih renyah dari Bireng Srabi asli.
Namun, soal rasa ada sedikit berbeda, karena Bireng Serabi asli ada semi gosongnya sehingga menciptakan kenikmatan tersendiri.
Menjadi Makanan Khas
Bireng kini menjadi makanan khas juga oleh-oleh yang memiliki rasa khas srabi yang kemungkinan ditambah bumbu lain agar rasanya semakin yummy.
Bireng banyak ditemui di toko oleh-oleh atau Pasar Moga, Pasar Pulosari, Pasar Karangsari dan sekitarnya atau Sentra industri makanan seperti desa Moga dan desa Mandiraja,
Baca juga: Kue Puli, Kuliner Ramadan yang Semakin Jarang Ditemui
Bireng biasanya dijual dalam bentuk mentah (siap goreng) yang bisa disimpan selama 1-6 bulan. Tetapi ada juga yang dijual sudah digoreng dan siap makan.
Kisaran harga jual Bireng mentah antara Rp 25ribu sampai dengan Rp 30ribu per kilogramnya.
Ternyata banyak makanan unik dan khas daerah kita yang walaupun jadul dan tradisonal tapi tetap digemari hingga kini.
Post a Comment for "Bireng, Kue Jadul yang Tak Kalah Mentereng"
Post a Comment