Awul Walangsanga, Makanan Sehat yang Semakin Langka
Infomoga.com -- Kecamatan Moga selain memiliki keindahan alam yang mempesona juga terdapat beragam kekayaan kuliner tradisonal khas nan eksotik. Dari yang berasa manis seperti kue Jipang sampai kue Bireng yang berasa gurih.
Salah satu makanan khas Moga yang menari untuk dicoba adalah Awul. Awul atau Awul-awul demikian biasanya masyarakat sekitaran wilayah Moga menyebutnya.
Sentra industrinya berada di Desa Walangsanga sekitar 5 - 6 kilometer barat daya ibu kota Kecamatan Moga. Makanya dikenal dengan nama Awul Walangsanga.
Makanan tradisional berbahan dasar singkong ini memiliki tekstur kasar dan rasa yang cenderung hambar. Baunya sedikit menyengat, tapi itulah ciri khas makanan ini.
Uniknya, meski hampir tak punya rasa dan bentuk yang jauh dari kata menarik, kue tradisional ini justru memiliki beragam manfaat dan khasiat yang berguna untuk kesehatan.
Awal mula
Menurut cerita turun temurun makanan ini telah ada sejak zaman penjajahan, jauh sebelum bangsa Indonesia berdiri. Kala itu, kudapan ini dikonsumsi sebagai pengganti nasi karena susahnya mendapatkan beras akibat situasi zaman yang serba susah.
Ditambah dengan masa paceklik yang sering terjadi berkepanjangan membuat para petani saat itu tidak bisa menanam padi. Alhasil, hanya singkong dan jagung yang bisa ditanam.
Melimpahnya singkong yang harganya jauh lebih murah beras membuat para petani berkreasi membuat makan pengganti nasi untuk bertahan hidup ditengah himpitan ekonomi.
Makanan tradisonal jenis ini sebenarnya ada dibeberapa wilayah di jawa. Seperti di Yogyakarta ada sawut dan growol.
Awul-awul terbuat dari singkong yang terlebih dahulu dibersihkan lalu diperet (semacam parut kelapa tapi dengan ukuran lubang yang lebih besar). Hasil peretan kemudian dikukus selama kurang lebih dua jam.
Setelah matang lalu peretan singkong tersebut diangkat terus ditiriskan dan dibiarkan ditempatkan pada tampah besar sampai dingin.
Setelah dingin dan mengeras jadilah Awul-awul yang siap disantap langsung atau dimakan bersama gorengan atau ditaburi dengan parutan kelapa.
Baca juga: Manise Manisan Pepaya Khas Moga
Kue ini biasanya dijual dalam bentuk irisan kotak atau persegi panjang. Selain berbentuk lempengan, Awul-awul juga ada yang dibentuk seperti bola-bola pipih untuk memudahkan saat memakannya.
Beragam khasiat
Selain mempunyai manfaat utama, yakni mengenyangkan, Awul-awul yang awalnya dibuat sebagai pengganti nasi juga beragam khasiat.
Awul-awul memiliki rasa yang hambar disertai aroma khas tanaman singkong.
Rasa hambar inilah yang menjadikan makanan ini cocok menjadi pengganti nasi dan sangat baik dikonsumsi oleh penderita diabetes karena kandungan kadar gulanya yang rendah.
Selain untuk penderita diabetes, makananan tradisional ini juga sangat baik dikonsumsi penderita gangguan pencernaan seperti maag dan asam lambung.
Sebagai makanan yang sudah ada sejak jaman dahulu kala, Awul-awul kini sudah mulai langka dan lumayan sulit untuk didapatkan.
Bukan karena peminatnya yang berkurang, melainkan para pengrajin/ pembuat kue ini yang semakin jarang atau bisa dikatakan langka.
Generasi sekarang lebih memilih bekerja di pabrik atau berwirausaha makanan kekinian yang lagi ngehits ketimbang meneruskan tradisi menjadi pembuat Awul-awul.
Baca juga: Bireng, Kue Jadul yang Tak Kalah Mentereng
Bahkan saat ini tinggal beberapa orang saja yang berprofesi sebagai pengrajin Awul-awul di Desa Walangsanga salah satunya seperti ditulis akun Facebook Qomar Udin Hidayat.
"Monggo dulur2 kabeh lestarikan makanan kearifan lokal biar nanti anak cucu kita tidak hanya tahu cerita saja akan tetapi mengetahui dan merasakan apa AWUL-AWUL sebagai makanan kearifan lokal." tulis Qomar Udin Hidayat.
Terbersit sedikit kekhawatiran, makanan tradisonal khas Moga ini hilang dan yang tertinggal hanyalah cerita. Muga-mugaha oralah, Aja nganti ya likkk!
Post a Comment for "Awul Walangsanga, Makanan Sehat yang Semakin Langka"
Post a Comment