Minyak Goreng Sulit di Negeri Penghasil Sawit
Infomoga.com -- Beberapa hari lalu beredar video di media sosial terkait antrian panjang warga yang akan membeli minyak goreng di sebuah toko di Pemalang. Warga rela antre berjam-jam dan berdesakan hanya untuk mendapatkan minyak goreng murah.
Sungguh ironi, Indonesia yang merupakan lumbung sawit, sehingga menjadi penghasil terbesar crude palm oil (CPO) di dunia masih dihadapkan pada persoalan kelangkaan minyak goreng.
Untuk meredam kenaikan harga minyak goreng di pasar dalam negeri, pemerintah mengeluarkan kebijakan minyak goreng kemasan satu harga yang dijual sesuai dengan ketentuan pemerintah sebesar Rp 14.000 per liternya terhitung mulai Rabu tanggal 19 januari 2022.
Baca juga: Moga 72 tahun yang lalu...
Ketentuan tersebut dilakukan setelah sebelumnya pemerintah mengeluarkan kebijakan terkait anggaran pembiayaan subsidi penyediaan minyak goreng sebanyak 250 juta liter bagi masyarakat setiap bulannya dengan nilai subsidi senilai Rp7,6 triliun.
Melalui kebijakan minyak goreng satu harga ini, pemerintah berharap masyarakat dapat memperoleh minyak goreng dengan harga terjangkau, dan produsen juga tidak dirugikan.
"Saya sangat mengapresiasi kepada 34 produsen minyak goreng yang telah menyampaikan komitmennya untuk turut berpartisipasi dalam penyediaan minyak goreng satu harga untuk seluruh masyarakat Indonesia" tutur Muhammad Luthfi seperti dikutip dari Tempo.co
Produsen minyak sawit no.1
Seperti diketahui, kebanyakan negara di Asia Tenggara menggunakan sawit sebagai bahan pembuatan minyak goreng. Indonesia sendiri adalah salah satu negara produsen sawit terbesar di dunia, bahkan menjadi jawara dalam hal produksi dan jumlah ekspor paling tinggi dari negara negara produsen lain.Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), total produksi minyak sawit tahun 2020 sekitar 47 juta ton. Dari total produksi tersebut, sekitar 75 persennya atau sekitar 34 juta ton terserap di pasar ekspor.
Dilansir dari Market Review IDX Channel, Jumat (15/10/2021) Ketua Bidang Komunikasi Gapki Tofan Mahdi dalam mengatakan saat ini memang sebagian besar penyerapan produk sawit terjadi di pasar internasional.
"Penyerapan minyak sawit di pasar domestik untuk konsumsi biodiesel mencapai 42% dari total konsumsi di pasar domestik. Jadi kita backbone-nya memang masih di pasar ekspor, tetapi kita juga meningkatkan daya serap di pasar domestik" tambah Tofan,
Pasokan ditambah
Terkait masih langkanya minyak goreng di pasaran, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan menyebut kondisi yang terjadi bukan kelangkaan minyak goreng, melainkan kelangkaan minyak goreng dengan harga terjangkau.
Kemendag pun terus melakukan berbagai langkah untuk memastikan agar masyarakat tidak lagi kesulitan memperoleh minyak goreng dengan harga terjangkau.
“Saya sudah kawal terus sampai saat ini, bahkan selama weekend sudah dipasok sekitar 27 juta liter secara nasional. Mungkin untuk wilayah timur agak terlambat, dan hari ini (15 Februari 2022) pun, sudah kita jalankan lagi sekitar 23 juta liter,” kata Oke dalam dialog bertajuk “Indikasi Kebocoran Ekspor Minyak Goreng”, Selasa (15/2/2022) seperti dilansir beritasatu.com.
Oke mengungkapka kebutuhan minyak goreng untuk masyarakat sekitar 9-10 juta liter minyak goreng per hari. Namun, karena saat ini kebutuhan masyarakat sedang meningkat, Kemendag menaikkan pasokan dari biasanya.
"Jadi sekarang pasokan kita double capacity-nya,” imbuhnya.
Diakui Oke, kenaikan harga CPO di satu sisi menjadi berkah bagi kinerja ekspor Indonesia. Namun, di sisi lain hal ini mengganggu harga minyak goreng.
Pemerintah melalui Kemendag mengakui selama ini ada kesalahan kebijakan yang menyebabkan harga minyak goreng melonjak. Pasalnya, selama ini harga minyak goreng bergantung pada harga CPO internasional.
Post a Comment for "Minyak Goreng Sulit di Negeri Penghasil Sawit"
Post a Comment